Photobucket
PhotobucketPhotobucket

Rabu, 05 Oktober 2011

Gantilah Tangisan itu dengan Senyuman ---> Part 4

Tik Tik Tik Tik Tik. Begitu bunyi mereka sesuai irama, tidak ada kemungkinan mereka untuk mati kecuali baterai habis atau salah satu bagian tubuh mereka ada yang rusak. Walaupun begitu mereka akan terus hidup, hidup dan hidup menemani setiap aktivitas manusia.

Mungkin setiap detik yang mereka keluarkan tidaklah berguna untuk kebanyakan manusia. Tapi tidak untuk anak laki-laki yang berumur 15 tahun ini. satu detik  adalah uang uang dan uang “Pikirnya”. Uang untuk kesembuhan kakaknya.

Sungguh ironi. Anak usia 15 tahun harus bekerja membanting tulang demi menyambung satu detik setiap kehidupan untuk kakaknya. Seharusnya masa-masa pubertas dia lalui bersama kakaknya, bercerita semua hal sampai cinta monyet mungkin, tapi tidak untuk Fadil. Dia tidak akan mengeluh dan tidak akan pernah mengeluh demi kakaknya. Agar kakaknya bisa bersama dia, Selamanya. “Cukup orangtua yang Tuhan ambil, jangan kakak, aku belum siap”.

Fadil sedang sibuk membersihkan meja yang penuh dengan piring dan gelas yang hampir kosong. Perutnya mendadak keroncongan. Dengan cepat fadil membereskan meja dan meletakkan ke bagian rak pencucian piring. Memang bukan tugas fadil dalam hal mencuci piring. Perutnya keroncongan kembali, dengan cepat fadil mengambil satu potong roti didalam loker milik kakaknya dulu. Dia teringat perkataan vyone “Makan dulu...., Walau kamu ngga makan, ngga akan membantu Kak Anton cepet pulih. Yang ada malah tambah jadi dua pasien nantinya.". satu potong roti Cukup mengganjal perut untuk beberapa menit.


***


Sekolah kerja, sekolah kerja, sekolah kerja. Sudah 2 bulan Fadil melakukan hal seperti itu. walaupun gaji yang fadil terima tidak sama dengan gaji kak Anton biasanya, tapi fadil hanya bisa menerima . Ingin protes..?? itu tidak mungkin. Manajer Platinum Eat's Resto juga menjelaskan kalau fadil tidak cekatan seperti kakaknya.

Manajer Platinum Eat's Resto memberikan gaji pertama untuk fadil.

“gaji kamu tidak sama dengan kakak kamu, kamu pasti tau sendiri kenapa saya melakukan itu. walaupun saya tau kamu bekerja sangat giat, tapi pekerjaan kamu tidak bisa dibandingkan dengan pegawai lain. Jika saya memberikan kamu jumlah gaji yang sama dengan pegawai lain, pasti akan ada kecemburuan. Lagipula kamu bekerja tidak sebaik kakak kamu. Mungkin jika kamu bisa membagi waktu, akan saya pertimbangkan lagi” jelas si manager. Fadil hanya mengangguk lesu.


***


Dilihatnya orang yang sangat dia sayangi terbaring lemas di tempat tidur. Fadil duduk disamping kak Anton yang sedang tertidur lelap. Sudah satu bulan kakaknya pindah keruang perawatan, sebelumnya Anton terbaring di ruang ICU. Tapi amat sangat mahal satu malam diruangan itu, melebihi hotel bintang lima saja.

Kondisi Anton mulai membaik,  dokter juga menyarankan untuk pindah ke ruang perawatan saja. Suster salsa menjelaskan kelas VIP, 1, 2 atau 3.

“Untuk VIP hanya satu pasien, kelas 1 ada 2 pasien, kelas 2 ada 4 pasien, dan kelas 3 ada 6 pasien. Setiap kamar pasti beda biaya dan fasilitas didalamnya. Kelas 3 memang paling murah, tapi tentu kenyamanan dan kondisi kakak kamu mudah terganggu.”

“tapi saya tau kondisi keuangan kamu, kelas 3 juga tidak masalah, ada saya dan suster-suster lain yang siap membantu” jelas suster salsa tersenyum manis. Fadil sedikit lega karena suster salsa bersedia membantu orang yang tingkat ekonomi dibawah standar, seperti fadil.

“kami dituntut untuk tidak membeda-bedakan pasien, mau kaya atau miskin sama saja. Makhluk ciptaan Allah kan..?? setiap orang berhak hidup, dan hanya Allah yang berhak membawa mereka pulang, sudahlah Fadil, kamu tenang saja” lagi-lagi suster salsa tersenyum manis. Sepertinya suster salsa bisa membaca pikiran orang.

“Dokter dan perawat disini akan berusaha semaksimal mungkin demi kesembuhan kakak kamu, yang perlu kamu lakukan hanya berdo’a dan terus berikan semangat untuk kakak kamu” suster salsa mengusap ubun-ubun rambut fadil, fadil memandang suster salsa. Terlihat pancaran ketulusan di mata suster itu. entah mengapa fadil merasa jiwa kak Anton telah berpindah ke suster salsa.


***


Dilihatnya pasien lain telah tertidur lelap, sama halnya dengan kak Anton.

Fadil membentangkan tikar berukuran mini dibawah tempat tidur kakaknya. Ruangan yang cukup sempit untuk 6 orang pasien, cukup menyesesakkan.


***


Matahari pagi bersinar kuning keemasan. Langit biru cerah. Angin berhembus sejuk. Tidak panas, juga tidak dingin. Fadil membuka matanya perlahan, membereskan semuanya hingga tertata rapi. Dia lihat kakaknya sebentar dan tersenyum miris.

“cepat sembuh kak” fadil mengecup kening kakaknya. Perlahan Anton membuka matanya, yang dia lihat pertama kali adalah wajah malaikat yaitu adiknya sendiri. Anton merasa sangat beruntung mempunyai adik seperti fadil. Tapi terkadang Anton merasa kalau dirinya seperti belenggu yang terus saja membuat Fadil merasa kesusahan.

Mungkin sudah berjuta uang yang dihabiskan untuk menyambung hidupnya. Anton seakan ingin menyerah, tapi saat dia melihat kegigihan dan kasih sayang yang diberikan adiknya, Anton hanya bisa menangis bersyukur dan terus berdo’a agar Allah memberikan kesehatan untuk adiknya dan dia.

“ehhh maaf yah kak klo Adil bikin kakak kebangun” anton hanya menggeleng. Entah kenapa pita suaranya sangat susah untuk digerakkan pagi ini.

“kakak mau minum..??” Anton mengangguk. Diminumnya seteguk, dua teguk. Anton kemudian tersenyum manis. Fadil merasa senang bisa melihat senyum kakaknya yang manis itu lagi.

“minum obat jangan lupa yah kak, Adil pulang dulu, seminggu ini Adil sekolah pagi, jadi kakak jangan bandel, dengerin apa kata dokter dan suster disini yah..??”

“kamu tenang aja dil, ada suster salsa disini yang siap menggantikan posisi kamu”  Fadil tersenyum, sama halnya dengan Anton yang ikut tersenyum.

Rumah sakit yang awalnya dia anggap seperti neraka itu, kini perlahan berubah menjadi rumah ketiga baginya. Rumah pertama adalah surga tempat dimana dia, adiknya dan kedua orangtua mereka bersama. Rumah kedua adalah tempat dia dan adiknya bertarung hidup dan mati.“ternyata hanya dilihat luar saja yang menyeramkan, dalamnya lumayan menyejukkan” Pikir Anton.


***


Kini didalam ruangan itu hanya ada Anton dan beberapa pasien lain. Anton merasa bosan, dilihatnya pasien lain yang masih terlelap tidur.  Pada saat jam sudah menunjukkan siang mereka masih tidur, mungkin pengaruh obat. Dilirik pasien yang bersebrangan tempat tidur dengannya, sedang membuka bungkusan coklat. Sepertinya dia sedang kesusahan.

“perlu aku bantu…??” tawar Anton.

“ohhh,, boleh boleh..  dengan senang hati” pasien itu tersenyum tipis dan memberikan bungkusan coklat “Tobleron” kepada Anton.

“kalau kamu mau, silahkan diambil juga tidak masalah, sebagai ucapan terima kasih aku” suruh pasien yang baru saja menjadi teman akrab Anton. Sebenarnya Anton sangat ingin makan coklat. Tau sendiri, coklat cemilan favoritnya. Tapi dokter dan suster melarang. “kalau sepotong gak masalah kali yah” Pikir Anton.

“Terima kasih” Anton tersenyum tipis dan melahap coklat yang baru saja dia terima. Anton kembali teringat kenapa dia bisa amat sangat menyukai coklat. Mungkin karena novel yang pernah dia baca, yang judulnya “choco love”.

Didalam novel itu menceritakan persamaan coklat dan cinta. Kira-kira ada 7 persamaan.

Yang pertama “kalau hujan, makan atau minum coklat bisa. Coklat dan cinta sama-sama menghangatkan, apalagi kalau hujan” iya kan..??

Yang kedua “Coklat yang baik dan berkualitas pasti punya rasa pahit. Kadang kepahitan atau penderitaan itu dapat menentukan kualitas dari cinta”

Yang ketiga “Makan coklat harus sabar, tunggu sampai lumerannya mengalir di lidah, dalam menghadapi cinta juga gitu. Walaupun sekeras apapun pasti dia akan meleleh juga”

Yang keempat “Rasakan & nikmati kelezatan coklat dengan penuh penghayatan. Nikmati tiap tetesannya di lidah, nikmati setiap tetesan cinta yang ada”

Yang kelima “coklat itu sifatnya lengket… Hmmm!!! Cinta itu bikin 2 orang yang merasakannya tidak  ingin jauh-jauh, ingin bersama terus”

Yang keenam “Rasa coklat itu tahan lama di mulut bahkan untuk menghilangkannya kita harus minum dulu. Coklat juga tahan lama, apalagi kalo di masukkan ke dalam kulkas. Kata orang cinta itu abadi, tahan lama, tapi kalo tidak di jaga baik-baik bisa abis / basi juga”

Yang ketujuh “Mmm… ini yang terakhir. Kalo dengar nama coklat, pasti hal pertama di otak kita manis & mahal. Cinta itu juga sangat manis dan berharga, jadi tetep harus dijaga”

Sungguh novel yang menyentuh. Cinta tidak harus dengan pasangan lawan jenis. Cinta versi Anton sekarang adalah adiknya. Dia ingin cinta untuk Fadil seperti coklat, yang harus dijaga sampai Allah memanggilnya”


***

Entah kenapa saat Anton melihat sekeliling ruangan semuanya menjadi double, bahkan triple, bahkan puluhan. Pandangan mata Anton mendadak kabur. Pasien yang menjadi teman baru Anton sekaligus orang yang baru saja memberikan Anton coklat merasa heran dengan tingkah laku Anton. Anton sibuk mengucek-ngucek matanya.

“matamu perih..??” tanya pasien itu. Anton hanya menggeleng dan terus mengucek, hingga semuanya menjadi hitam.

“heyyy.. heyy kamu baik-baik saja..?? kok malah tidur..??” pasien itu mencoba bangkit dari tempat tidurnya, mengatur keseimbangan berdiri tepat disamping tempat tidur Anton.

“heyyy” dia mencoba membangunkan Anton dengan mengguncang tubuh, tapi hasilnya nihil.

“panggil suster saja… cepat… sepertinya dia pingsan atau mungkin koma” pasien lain memberi saran.

“tadi dia baru makan coklat yah..??” pasien yang memberikan coklat mengangguk.

“Damn…. Kamu tidak tau kalau dia dilarang makan coklat dengan dokter..??” pasien yang memberikan coklat menggeleng.

“ coklat akan memperparah penyakit dia.. aaaaaa sial.. aku pikir tadi dia hanya membantumu membuka bungkus coklat, ternyata dia ikut makan.. heuhh.. sebaiknya kamu cepat panggil suster..”

Pasien yang memberikan Anton coklat bingung. Bagaimana  mungkin dia sampai tidak tau kalau pasien disebelahnya tidak boleh makan coklat. Heuhh sungguh sial. Makanan semanis itu juga bisa mematikan buat manusia. ckckck


***


Pasien yang memberikan Anton coklat kini berdiri di “Nursing Station”. Keringat dingin bercucuran di kening, leher bahkan seluruh tubuhnya.

“Angga.. ada apa..?? kamu sampai  berkeringat seperti ini” suster yang ada diruangan itu mengalihkan perhatian mereka ke pemuda yang sedang berdiri di pintu.


Angga adalah salah satu pasien di kamar kelas 3. Dia di diagnosa dokter mengidap penyakit jantung koroner. Dia seumuran dengan Anton. Jika dilihat dari postur tubuh mungkin lebih gemuk angga.

“ituuu.. siapa..?? aduhh saya lupa nama dia suster.. yang tidak boleh makan coklat itu.. siapa..??”

“Antonn.. dia kenapa..??”

“saya nggak tau kalau dia dilarang dokter makan coklat sus, jadi tadi saya kasih dia sepotong coklat. Cuma sepotong kok suster” nafas angga masih tak beraturan. Kini kepalanya terasa pusing dan Dadanya terasa nyeri seperti ditusuk ribuan jarum. Brukkkkkkkkkkkkk. Dia tertidur dilantai.

Dua orang suster membawa angga keruang ICU dan dua orang suster lain ke kamar Anton. Ruangan ICU mendadak ramai karena sebelumnya tidak ada pasien disana.


***


Elektrokardiograf atau biasa disebut alat pendeteksi jantung kini terletak disamping tempat tidur Anton. Alat itu aktif berbunyi. Berbunyi dan terus berbunyi sesuai dengan irama jantung sang pemilik. Sesekali goresan dilayar alat itu naik, turun secara tak beraturan. Beberapa tempelan menempel di dada Anton. Selang infuse ikut terpasangan di tangan kiri, selang oksigen tertempel  dihidung. Tekanan darah dan nadi Anton ikut terdeteksi di monitor itu.

Wajah yang biasa bersinar kini berubah pucat. Mata yang bening kini tertutup rapat. Bibir yang biasa tersenyum kini hanya diam membeku.

Dokter alend terlihat sibuk dengan stetoskopnya, terkadang dia menggunakan senter kecil untuk memeriksa keadaan Anton. Suster salsa setia disamping dokter Alend, sesekali dia mencatat beberapa yang dokter Alend katakan, seperti sebuah perintah. Tak berapa lama suster salsa mengambil spuit berukuran 5cc dan mengambil darah segar di vena bagian lengan tangan kanan Anton. Pemilik tangan tetap diam tak bergeming.

Setelah memastikan keadaan pasiennya dalam keadaan tidak kritis seperti tadi, Dokter alend istirahat diruangannya. Pasien yang menjadi tanggungjawabnya, kini keadaannya semakin memburuk. Entahlah. Dia bingung apa yang harus dia lakukan. Terlebih, harus memberi kabar untuk adik Anton. Tentu kabar buruk. Tidak mungkin dia merahasiakan penyakit Anton, Fadil adalah adik kandung Anton, bahkan keluarga satu-satunya yang Anton miliki.


***


Fadil berjalan tergesa-gesa. Setelah dengan susah payah dia meminta izin pulang cepat dengan manager Platinum Eat's Resto. Sang manager tentu bertanya alasan Fadil pulang cepat. Fadil menjelaskan kalau kak Anton masuk ruang ICU dan keadaannya semakin memburuk. Fadil janji akan lembur untuk mengganti waktu yang dia ambil. Manager tentu merasa iba dan memberikan izin.

Fadil masuk ruangan dokter Alend tanpa mengetuk pintu.

“ma…..maaf dok” nafas Fadil masih tak beraturan. Dokter Alend diam, memberikan kesempatan Fadil untuk bernafas terlebih dahulu.

Dokter Alend menyuruh Fadil untuk duduk. Dia terdiam, kemudian menatap Fadil lekat-lekat. Entah kenapa dia teringat adiknya yang jika masih hidup pasti sudah sebesar Fadil. Dia mencoba fokus apa yang ada dihadapannya sekarang. Masa lalu tetaplah masa lalu. Tidak bisa kita berubah atau kita ulang.

Sebelum berbicara, Dokter Alend mencoba memberikan kekuatan untuk Fadil. Dia tau kalau yang dia katakan, akan sangat berat Fadil terima. Dokter Alend menggenggam tangan Fadil. Teraba dingin karena keringat masih menempel di tangan itu. Fadil tersenyum dengan apa yang dilakukan dokter Alend. Fadil sudah siap dengan yang dia dengar nantinya.

“katakan saja dok” fadil fadil mencoba tersenyum, walau terlihat masam. Senyum yang sungguh tidak enak dilihat. Dokter Alend mencoba menarik nafas pelan.

“yang akan aku katakan sekarang pasti sangat berat kamu terima, tapi aku yakin kamu anak yang kuat”

“maaf, kondisi kakak kamu semakin memburuk, sebaiknya dia tetap diruang ICU, saya takut kalau kakak kamu dipindah keruang perawatan keadaannya tidak bisa terkontrol selama 24 jam, untuk masalah biaya, saya akan usaha bantu bicara dengan bagian administrasi agar kamu bisa mencicilnya”

“terima kasih dok”

“boleh saya tau dok kenapa kakak saya bisa pindah keruang ICU..?? Tadi pagi kakak saya masih sehat dok terus tiba-tiba malamnya saya mendapat telepon dari Rumah Sakit” Fadil mencoba untuk kuat, walau batinnya sendiri seakan ingin menjerit.

“Zat tembaga yang menumpuk dihati kakak kamu tidak bisa dikeluarkan, akibatnya hatinya mengecil dan muncul gejala baru. Hati kakak kamu bisa-bisa mengeras, parahnya lagi hatinya bisa berdarah”

“suster salsa mendapat informasi kalau tadi siang kakak kamu memakan satu potong coklat, walaupun hanya satu potong, coklat tetap coklat, zat tembaganya sangat tinggi. Dan obat yang seharusnya diminum siang ini tidak kakak kamu minum, entahlah saya bingung apa yang kakak kamu pikirkan”

“ja..jaadi maksud dokter, kakak saya bisa meninggal..??” fadil tertunduk lesu. Dia mencoba untuk tidak menangis. Menangis juga tidak ada gunanya. Dokter Alend sangat prihatin melihat keadaan Fadil. Keringat masih bercucuran di kening fadil. Wajahnya juga terlihat letih akibat sekolah dan kerja seharian tergores jelas diwajahnya yang tampan.

“Hidup dan mati manusia ditangan Allah, kami akan mengusahakan yang terbaik”

“apa yang harus saya lakukan dok..??” fadil bingung. Bingung apa yang harus dia lakukan sekarang.

“pemindahan hati satu-satunya jalan untuk kehidupan kakak kamu.. tapi..” kalimat dokter Alend menggantung, membuat Fadil merasa geram.

“Asal kakak saya bisa hidup, apapun akan saya lakukan dok, walaupun harus mengorbankan nyawa saya” jelas Fadil lantang.

“Fadil, kami akan membantu kakak kamu sepenuhnya. Tapi berdasarkan perhitungan, kira-kira 20% pasien mendapatkan pemindahan hati yang cocok, dan 80% nya karena tidak berjodoh dengan waktu.. dan..”

“dan apa dok..?? maksud dokter 80% lagi meninggal..??” dokter Alend hanya mengangguk. Fadil mencoba kuat-kuat dan kuat. Dia tidak ingin menangis. Tapi tidak bisa, bagaimana mungkin dia tidak menangis setelah tau keluarga satu-satunya akan ikut pergi meninggalkan dia.


***


“Ya Allah… aku mohon dengan sangat, jangan ambil kak Anton. Aku tau kamu sangat merindukan kakakku, tapi izinkan aku untuk bersama kak Anton lebih lama…” Fadil duduk di masjid, sambil mengangkat kedua tangan dia berdo’a. hanya berdo’a yang bisa dia lakukan sekarang.


***


Ruang ICU terlihat tenang. Hanya ada 2 pasien didalam ruangan itu, dan 3 orang perawat yang berjaga. Ruang ICU adalah ruangan steril, bahkan pengunjung pasien hanya boleh satu persatu jika ingin melihat dan memakai pakaian khusus yang sudah terletak didekat pintu masuk ruangan.

Fadil tidak sanggup masuk kesana. Dia hanya melihat kakaknya dari kaca bening yang memisahkan kedua kakak beradik ini. baru tadi pagi Fadil merasa senang karena kakaknya sudah bisa tersenyum walau tidak mengatakan apapun. Tapi malam ini, jangankan tersenyum, melihat Fadil datang saja mungkin kak Anton tidak tau.


***


Selang waktu satu minggu, keadaan Anton tidak menunjukkan perubahan yang positif.

Fadil kembali duduk diruangan dokter Alend. Sepertinya ada hal serius yang akan dikatakan dokter Alend.

“Kondisi sekarang sangat darurat, hati kakak kamu sudah rusak total” kata dokter Alend pelan dan dengan nada selembut mungkin.

“maksud dokter..??” fadil bingung. Apa mungkin semuanya akan berakhir sampai disini.

“kalau tidak  mendapatkan hati yang cocok, pasien akan berbahaya. Rumah sakit akan mencoba mencarikan hati yang cocok untuk kakak kamu. Ku harap kamu bisa mempersiapkan diri untuk kemungkinan buruk sekalipun”  Dokter Alend menepuk pundak Fadil pelan. Mencoba memberikan dukungan. Walaupun, jujur dia sangat iba melihat kondisi fadil seperti ini. setiap penjelasan yang dia keluarkan, Fadil tetap tegar dan tidak menangis. Dia tau, diluar sana Fadil sedang menjerit menangis.



Created by :

---> Adisti Natalia
---> Thone Arulliant Fathoni
---> Debpi ZulpiaRni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar