"kak" sapa gadis kecil berambut sebahu itu. Namun sang kakak yang berada disamping nya tidak merespon sedikitpun.
"kakak kenapa sih?” batin gadis kecil itu bingung.
"kakak baik-baik ajakan..??" alend menoleh dan tersenyum miris.
"kak" lagi-lagi alend tidak merespon.
"kak, kakak baik-baik aja kan..??" tanya debpi lagi.
"kenapa sih dek dari kemarin-kemarin nanya kakak baik-baik ajakan, kakak baik-baik ajakan, nggak ada kata-kata lain apa" jawab alend sedikit emosi
"kambuh dah sifat arogannya" debpi melengos.
"nih" ucap alend singkat, alend memberikan selembar kertas yang sudah kusam.
Debpi tidak bertanya lagi, dia segera membuka kertas itu perlahan.
"puisi..??" tanya debpi heran
"iya"
"terus?”
"dibaca lah"
debpi membaca isi surat itu, tidak terlalu jelas isi tulisannya tapi debpi mengerti "ini puisi cinta" pikirnya
>>> CINTA >>>>
Cinta tak memberikan apa apa
Kecuali dirinya sendiridan tiada
mengambil apapun kecuali
dari dirinya sendiri
"kakak kangen kak redith..??" tanya debpi pelan, alend mengangguk lemah. Debpi melihat kakaknya iba. "kasian kak alend"
"kak, aku ada buku kayak agenda gitu" debpi mengobrak-abrik isi tasnya. "nih" alend menatap debpi bingung
"kata suster rindy kakak suka buat puisi jadi mulai sekarang kakak buatnya disini aja, biar aku bisa baca juga, hhehe" cengir debpi, alend mengangguk mengerti.
***
terbesit rasa iri di hati disti, saat dia melihat debpi dan kakaknya sedang bercanda tawa. Ia menatap kakaknya yang berada tepat disampingnya
" aku kangen sama kamu kak" batin disti saat menatap mata kakaknya. Ia menghela nafas ketika melihat kakakny, ya lagi lagi anton memperlakukan disti seperti ini, mereka duduk bersebelahan, namun mata anton menatap lurus kedepan.
"kak" sapa disti lembut, tak ada jawaban, anton memilih untuk diam.
"coba tebak disti bawa apa..??" anton hanya melirik lemah.
"taaaraaaa" disti tersenyum lebar, sementar anton hanya mengeryit heran.
"kakak lupa ini apa..??" muka disti berubah sendu, anton menggeleng.
"ini kan makanan kesukaan kakak" ujarnya lirih
"ini oncom kakakku sayang"lanjut disti gemas, untung dia ingat bahwa anton itu kakaknya jika tidak entah apa yang disty lakukan. Sementara alend yang mendengar nama oncom segera berlari kearah disti dan anton.
"bushet dah parah si kakak, padahal kan tiap hari aku bawa oncom buat cemilan kakak,,, heuhhh" debpi geleng-geleng melihat tingkah laku kakaknya. Alend memang sangat menyukai oncom, padahal debpi nggak suka banget.
Alend segera mencomot satu oncom dari box makan yang dipegang disti.
"woyyy punya gue" teriak anton cepat.
"salah sendiri napa kagak dimakan" ucap alend tanpa dosa, alend mengambil satu lagi. Anton kesal dan mengambil box makanan dan memeluknya erat.
“jangan macem- macem loe! Ini dari adek gue! Loe minta aja ama adek loe sendiri!”
"pelid loe"
"nggak pelid nggak hidup, itu prinsip gue" ucap anton.
"satu lagi yah..??" pinta alend penuh harap
"kagak ada satu lagi satu lagi"
ya seperti itulah tingkah anton dan alend, mereka berdua seperti anak sd yang kerjaannya bertengkar terus.
sementara Disti dan debpi hanya bisa geleng-geleng melihat kejadian yang ada didepan mereka.
"lebih baik seperti ini dari pada tuh dua kakak gila bacok-bacokan" ucap debpi pelan
"betulbetulbetul"
"hhahahaha" tawa debpi dan disti menggema, namun mereka berdua segera berhenti tertawa ketika mereka melihat tatapan heran dari kedua kakak mereka.
“kayaknya mereka yang gila.” Ujar anton bingung.
“iya kitakan waras..”
***
selang waktu 30 menit tak ada lagi pertengkaran nggak penting.
"udah berantemnya" tanya debpi bete
"kalau belum, ni disti bawa golong sama pisau dapur"
alend dan anton saling bertatapan, mulut mereka penuh dengan makanan yang namanya oncom.
"capek" ucap alend
"sama, capek" ucap anton polos
"ngapa'in loe COPAS kata-kata gue..??" ucap alend nggak terima
"COPAS..?? Apa yah,, lupa tuh" alend menatap anton geram. Ingin rasanya memakan hidup-hidup orang yang ada didepannya ini.
"nggak mulai deh kak, ayoo ikut debpi" ujar debpi, lalu ia menyeret anton pergi.
"Woyyy dek salah seret tuh" alend memasang muka bete , pipinya ia gembungkan.
"udah jelek tambah jelek tuh muka, ayooo buru'an kambingku" ucap debpi menyeret alend yang mukanya makin jelek.
***
gadis kecil itu membersihkan sisa makanan yang ada di muka sang kakak.
"kalau makan ntuh pake mulut kan kak? tp kok mata kakak yang kotor banget..??" tanya disti heran
"emang mulut yang mana..??" tanya anton polos
"ini kakakku ganteng" disti menunjuk letak bibir
"oww disitu" anton mengangguk ngerti
" udah bego-begonya..??" tanya disti geram
"emang kakak bego" ujar anton jujur, disti bengong tak berdaya.
"bukannya sembuh malah makin parah dirimu kak" batin disti sedih.
"tapi bagus deh kayak gini daripada kakak diem'in aku trus" batin disti, ada sedikit rasa senang saat melihat kakaknya ada perkembangan.
"woyyyy sarap, nih puisi loe, maaf gue ngintip" alend lari keruangan atas, debpi menunggu dengan muka bete.
Anton menatap alend geram.
"puisi..??" tanya disti tak percaya, anton hanya mengangguk.
"Boleh disti baca,.??" lagi-lagi anton hanya mengangguk
>>> DENGAN PUISI AKU>>>>
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti.
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala.
"untuk kak alexa yah..??" tanya disti hati-hati, anton lagi-lagi hanya mengangguk.
"kakak sabar yah, berarti kak alexa bukan jodoh yang baik untuk kakak menurut Tuhan, nanti disti bantu cari" cengir disti, anton tersenyum dan memeluk adiknya. Pelukan yang selama ini mereka rindukan.
"love you saudaraku" batin disti menangis
***
Berbulan bulan telah berlalu, kini keadaan anton dan alend berangsur membaik, walaupun terkadang mereka masih terlibat pertengkaran kecil.
Hari ini entah kenapa grup arjuna dikumpulkan di aula rumah sakit ini, para anggota arjuna yang dipimpin oleh indra pun berbondong bondong datang ke aula.
"selamat pagi." sambut suster rindy.
"hmm ada yang tau, kenapa kalian dikumpulkan disini?" Tak ada yang menjawab, mereka semua memilih untuk diam.
"kalian dikumpulkan disini karena kami semua ingin melihat bakat bakat kalian. Kalian boleh menciptakan lirik lagu, bermain gitar, piano, drum, biola, dan sebagainya, atau kalian juga bisa membuat sebuah puisi. Ya pokoknya apapun yang kalian inginkan silahkan kalian lakukan. Ibu tunggu 15 menit dari sekarang." jelas suster rindy panjang lebar. Setelah suster rindy selesei berbicara suasana menjadi sangat ramai. Para pasien mencoba semua peralatan yang ada. Ada yang bermain alat musik -ya walaupun dengan nada yang tak jelas-. Ada yang melukis,ataupun menciptakan sebuah lirik lagu. Ya mereka semua terlihat antusias melakukan hal itu semua. Namun entah kenapa pemuda yang satu ini tetap diam.
"loh anton kenapa? Kok diam?" tegur suster anandita, tak ada jawaban dari anton.
"percuma buk, diakan gila, jadi nggak bisa diajak ngomong." sahut alend tiba tiba. Suster anandita tersenyum.
"nggak boleh gitu, ini temen kamu juga. Nggak boleh dikatain ya?"
"nggak janji." jawab alend singkat.
"anton, suka apa?" suster anandita akhirnya menyerah pada alend dan mengalihkan perhatiannya pada anton kembali.
"hmm... Suka gitar atau piano?" tanyanya kembali.
"dia suka bikin puisi buk. Tapi tetep aja bagusan puisi alend." lagi dan lagi alend yang menjawab, sepertinya alend merupakan asisten pribadi anton.
"kamu suka bikin puisi juga?"
antonpun akhirnya mengangguk.
"alend, ajak anton buat puisi bareng ya?"
"nggak mau!"
"kenapa?"
"dia OON bu!" jawab alend jujur.
"gue pinter tau!"
"mana buktinya?"
"sini gue pinjem tuh kertas ama pulpen! Liat ya puisi gue lebih dan lebih bagus dari puisi loe!" ujar anton iapun langsung merebut pena dan kertas yang sedari tadi di pegang oleh alend. Sementara suster anandita hanya bisa tersenyum melihatnya.
"yang akur ya..." ujarnya sebelum meninggalkan anton dan alend berdua.
15 menit telah berlalu, kini saatnya mereka semua menunjukan bakat mereka. Tanpa di duga duga anton dan alend maju ke depan berdua.
"kok berdua?" tanya suster rindy bingung.
Tanpa menjawab pertanyaan suster rindy alend dan antonpun membacakan puisi mereka.
dimulai ketikaku bertemu denganya.
karena puisi aku bisa mengenal dia.
Karena puisi aku bisa mendapatkan hatinya,
Dan karena puisi aku kehilangannya.
Tragis bukan? Tapi itu tak seberapa
Masih banyak kisahku yang lebih tragis.
Tapi semua itu tak akan pernah menghapus senyumku.
Karena ADIKKU selalu bersamaku SELAMANYA.
suara tepuk tanganpun menggema disudut ruangan itu, tapi mereka berdua sadari ternyata sedari tadi debpi dan disty memperhatikan merka berdua..
“aku sayang kakak” batin mereka berdua.
***
gadis manis berambut sebahu ini sedang berada dikamar kakaknya yang bernuansa hitam putih itu, ia sedang sibuk memainkan gitar kesayangannya, ia melirik sebentar lemari baju kakaknya, menghampirinya dan membuka lemari itu, ia tersenyum melihat kemeja kesayangannya yang tergantung rapi di lemari kakaknya itu.
"woyyy kak balikin baju akuuuu" teriak gadis manis berambut sebahu itu.
ia mengadahkan tanganya, meminta baju atau kemejanya yang sedang di curi oleh sang kakak.
"pinjem lah dek, untung malem ini aja" bujuk kakaknya.
"malam ini aja, malam ini aja, malam ini aja, gak ada kata-kata lain apa" ujar debpi, lalu ia kembali pada kegiatan awalnya yaitu meminum susu cokelat.
"yah dek, malam ini kakak mau nembak kak redith, jadi kalo kakak jadian sama kak redith kamu yang paling berjasa" alend mengelus-elus pundak debpi sehingga debpi tersedak.
"uhukk uhukk"
"gila kak mau bunuh aku" ucap debpi kesal. Alend hanya nyengir gaje.
"pinjem yah adik manis" bujuk alend
"aku emang manis" ucap debpi narsis, alend melengos kesal.
"pinjem yah adik baik, pinter, lucu, imut" bujuk alend lagi.
"FAKTA" ucap debpi melanjutkan minum susu coklat."kenapa nih anak mama ribut mulu kerjaannya..??"
"tau tuh si kakak, doyan amat minjem baju adek, amat aja nggak doyan minjem baju adek" adu debpi pada mamanya
Pletakkkk
satu jitakan mendarat dikepala debpi.debpi mengelus ngelus kepalanya yang sedikit sakit itu.
"alenddd" tegur mama, mama menatap alend tajam, alend menunduk takut.
"sukurin,, weksss" ledek debpi, alend hanya cemberut.
"intinya boleh apa nggak nih..??" tanya alend mulai kesal
"no way !!!" ucap debpi singkat, tiba- tiba alend bersujut di kaki adiknya, debpi cekikikan melihat
"kenapa sih kak suka banget sama kemeja hitam adek..??" tanya debpi heran.
Memang setiap ada acara spesial alend meminjam kemeja hitam adiknya. Debpi menyarankan untuk membeli kemeja itu, namun sudah keliling alend mencari kemeja itu tapi hasilnya NIHIL. Tak ada kemeja seperti itu, yang ada hanya modelnya saja, namun bahan kemejanya berbeda.
"kamu beli dimana sih dek nih kemeja..??" tanya alend masih penasaran. Perihalnya setiap alend bertanya masalah kemeja, debpi selalu menjawab tidak masuk akal.
"nyolong di gerobak pemulung" ucap debpi asal, alend melengos kesal. #tuh kan#
Setelah perdebatan selama hampir 1jam, akhirnya debpi menyetujui lagi-lagi bajunya dipinjem kakaknya.
***
"aku kangen banget sama kak alend" debpi memeluk erat foto dia dan kak alend.
Difoto itu kak alend seperti akan mencubit pipinya dan debpi sedang menggembungkan pipi. #terlihat lucu#
banyak kenangan debpi bersama kakaknya, bahkan bersama orangtuanya juga.
Bila diceritakan bisa melebih sinetron yang berseason-season #lebay bukan#
***
Gadis kecil itu membungkus dirinya dengan selimut pinknya, tubuhnya meringkuk dan dia menggigil tak karuan, bibirnya membiru ia terus mengeluarkan keringat dingin, sedikit mengigau memanggil nama mamanya
“mama, disty kangen..” ujarnya lemah, ya semenjak papa dan mama gadis kecil ini bercerai mama mereka harus berkerja banting tulang untuk menghidupi keluarga mereka. Maka dari itu mama jarang pulang kerumah, mama sibuk mengurusi bisnisnya.
“dek” sapa seorang pemuda, ia masuk kedalam kamar sang adik yang di dominasi warna pink itu, tak ada jawaban dari sang adik, pemuda itu mendekati lalu membuka selimut sang adik, ia heran melihat adiknya meringkuk dan menggigil, di peganglah kening sang adik, panas, itulah yang dirasakan pemuda itu saat ia menyentuh kening adiknya
“dek kamu sakit?” tanyanya cemas, tak ada jawaban, sang adik justru berkata tak jelas.
“kangen mama..”
“kamu kangen mama? Sabar ya mama lagi kerja. Nanti kakak telepon mama ya?” ujarnya lembut. Pemuda itu mengambil HP nya dan mulai mencari cari nomer sang mama
“ma, angkat ma.” Ujarnya. “arrghh.. mama kemana sih?” katanya lagi, pemuda itu kini menyerah, karena sedari tadi ia menelepon mamanya tak kunjung di angkat oleh mamanya.
“dek kakak ambilin komperasan dulu ya?” katanya, ia pun segera pergi meninggalkan kamar sang adik.
Beberapa menit kemudian anton pun kembali, lengkap dengan sebuah baskom berukuran kecil yang berisikan air dingin itu, dan handuk untuk mengompres disti. Ia duduk disebelah kasur disti, mulai merendam handuk itu kedalam baskom berisikan air dingin itu, setelah itu ia pun menaruh handuk basah itu di kening sang adik, berharap itu semua dapat mengurangi suhu badan disti.
“cepet sembuh ya dek.” Ujarnya pelan. Selang beberapa jam kemudian suhu badan distypun turun, tak setinggi tadi. Mata disty perlahan- lahan membuka.
“kak.” Sapanya pelan
“udah baikan dek?” Tanya anton, ia tersenyum lega melihat sang adik sudah sadar kembali.
“masih pusing kakak..”
“hmm, kakak panggilin dokter mau?” disty menggeleng lemah.
“nggak mau kak, takut disuntik.” Jawabnya, anton tersenyum lalu membelai rambut sang adik lembut.
“ udah gede kok takut sama suntik?” lendeknya.
“abis serem kak.”
“hahahaha, yaudah kakak ambilin makanan dulu ya? Kan dari tadi kamu belum makan.” Ujar anton, lalu iapun beranjak pergi.
“buburnya udah datang!!” ujar anton, iapun menghampiri sang adik, dan kembali duduk disebelah disty.
“nih makan.” Lanjutnya sambil menyodorkan semangkuk bubur.
“suapin kak.” Ujar disty manja.
“udah gede akh makan sendiri.” Ujarnya. Disty memanyunkan bibirnya “nggak mau makan kalau gitu.” Jawabnya.
“yaudah kakak suapin sini, manja dasar!” anton akhirnya menyerah dan mulai menyuapi disty perlahan- lahan.
“ gitu donk, itu baru namanya kakak yang baik. Makasih kakakku sayang.” Ujar disty.
***
“ kak, kalau nanti aku sakit siapa yang ngerawat aku, siapa yang nyuapin aku lagi?” ujar gadis kecil itu lirih. Ia memandang foto dirinya dan kakaknya itu, didalam foto itu terlihat sekali raut wajah keduanya sangat bahagia.
“kak, cepet pulang aku kangen kakak.” Lanjutnya lagi, tanpa ia sadari air matanya jatuh begitu saja.
Pagi ini sepserti biasanya tak ada yang special, semua pasien yang ada di RSJ cane hill asylum Mmelakukan kegiatan mereka masing- masing, ada yang masih terlelap tidur, ada yang sedang dikunjungi oleh kerabatnya dan ada juga yang sedang sibuk bersenam, seperti alend dan anton, awalnya mereka ingin senam pagi namun lagi dan lagi keduanya terlibat pertengkaran. Pertengkaran yang sangat sepele, berawal dari alend yang ingin menjadi instruktur senam, lalu disusul anton yang tak mau kalah, ia ngotot ingin menjadi instruktur senam, debpi dan disti yang memperhatikan keduanya hanya bisa menghela nafas, mereka berdua saling melirik satu sama lain.
"sudah biar adil kalian berdua shuit aja" tengah debpi dan mengambil tangan kak alend untuk shuit, disti juga melakukan hal yang sama terhadap kak anton.
"nggak mau, kan alend dulu'an. Dia aja yang ikut-ikut'an" alend segera menyembunyikan tangannya.
"apalagi anton, pokoknya anton anton, titik"
"gimana nih..??" tanya debpi kepada disti, disti hanya mengangkat bahu .Dari kejauhan tampak suster rindy sedang berlari, nafasnya tersengal. Debpi dan disty melirik heran saat suster rindy berhenti didepan mereka. Nafas suster rindy perlahan kembali normal. Suster rindy tersenyum.
"kenapa sus? Kok kayaknya lagi buru- buru gitu, ada yang penting?" tanya debpi penasaran.
"tadi dokter yang menangani kakakmu bilang bahwa kakak kamu sudah diperbolehkan pulang hari ini" senyum debpi mengembang, dia terlihat sangat bahagia. Akhirnya debpi bisa bersama kakaknya lagi, selamanya.
"suster tidak sedang bercandakan..??"
"tentu tidak, mana mungkin hal sepenting ini suster main-main, apa terlihat dari wajahku kalau sedang bercanda..??" cengir suster rindy. Debpi terlihat sangat senang karena hari ini dia akan pulang bersama kakaknya. Terbesit rasa iri pada gadis yang selama ini disamping debpi.
"dis, akhirnya kak alend pulang. Sudah hampir satu tahun aku nunggu, akhirnyaa..." tidak ada yang tau gimana perasaan debpi saat ini, #senang pastinya# alend dan anton masih saja ribut dengan masalah yang tidak penting itu.
"kakkkkkk" teriak debpi senang
"kenapa sih dek, kangen..??" tanya alend PD.
"kangen bangetttttt" debpi lantas memeluk kakaknya, disti tentu iri melihat adegan yang ada didepan matanya. Anton terlihat cemberut karena dia merasa dicuekin.
"kan tiap hari kamu kesini" jawab alend lantas melepaskan pelukannya. Debpi masih terdiam, sedikit airmatanya menetes.
"kok nangis dek..??" tanya alend heran, debpi hanya menggeleng lemah.
"ayoo pulang sama aku kak..??" ajak debpi, alend menatap heran.
"pulang..??"
"iya kak, pulang kerumah sama aku, sekarang" jawab debpi tersenyum kearah kakaknya
"serius..??" tanya alend sedikit ragu
"iya kakakku sayang" jawab debpi
"ya udah ayo kita pulang" ajak alend menarik tangan debpi.
"stopppp" teriak pemuda yang dari tadi diam. Debpi dan alend sontak menoleh sumber suara.
"antonnn ikutttt" rengek anton manja. Debpi dan disti melirik aneh.
"pokoknya anton mau pulang jugaaa" teriak anton.
"tapi kakak belum boleh pulang dengan dokter" jelas disti, anton menatap disti tajam.
"pulang pulang pulang" jerit anton histeris.
"udah dek ayoo kita pulang, cuekin aja orang gila" ucap alend
"hiksss,, anton,, hikss,, anton mau ikut alend pulang" rengek anton, debpi dan alend nganga melihatnya, terlebih disty. Disty tidak percaya apa yang baru dia dengar.
"nanti, nanti kalau alend pulang trus anton sama siapa..?? Anton mau ikut pulanggg" rengek anton lagi.
"suster rindy, gimana nih..?? Kok kakak saya jadi aneh gini" ucap disty heran.
"entahlah, mungkin alend sudah seperti keluarga bagi anton, yahh walaupun suster lebih sering ngelihat mereka bertengkar" ucap suster rindy.Jujur, alend juga tidak tega meninggalkan anton disini sendiri.
"ajak dia yah dek..??" bujuk alend kepada adiknya debpi.
"aku sih mau aja bawa dia pulang kak tapi kak anton kan juga punya adik" debpi melirik disti, disti hanya tersenyum kecut.
"kak walaupun kak alend sudah pulang, aku akan tetap jenguk kakak" ucap disti lirih
.
"gue juga akan jenguk loe kok tiap hari kalau jadwal gue nggak padat" narsis alend.Pletakkkkalend mendapatkan satu jitakan dari adiknya.
"gak mulai deh kak" marah debpi. Alend cemberut.
"ya yah bela'in aja tuh orang dari pada kakaknya sendiri" ngambek alend.
"jangan kayak anak kecil deh kak, kalau kakak kayak gini trus debpi biarin kakak disini selamanya, mau..??" ancam debpi.
"adekk gak asik" alend memanyunkan bibirnya.
"gimana kalau kita bicara sama dokter yang merawat kak anton..??" Tawar debpi.
"kak anton kan sudah lumayan baik dan nggak bersikap yang bisa mencelakai orang lain ataupun diri dia sendiri jadi menurutku tidak ada salahnya kalau kak anton rawat jalan" jelas debpi, disti sedikit tersenyum mendengar tawaran itu.
"memang benar keadaan kak anton sudah jauh lebih baik, jujur aku sangat berterima kasih kak anton bisa kenal dengan kak alend" batin disti.
"baiklah" ucap disti
"kakak tunggu disini jangan kemana-mana, awas buat ulah yang aneh" ancam debpi. Debpi dan disti pergi bersama suster rindy untuk bertemu dokter yang merawat kak anton.
setelah pembicaraan mereka dengan dokter yang merawat anton cukup lama, akhirnya dokter mengizinkan anton untuk pulang tapi masih dengan pengawasan.Kalau anton melakukan satu saja kesalahan seperti melukai seseorang atau dirinya sendiri maka dengan berat hati anton akan masuk lagi ke RSJ cane hill asylum.Disti terlihat bahagia mendengar kabar itu. Apalagi anton, dia sampai jingkrak-jingkrak trus memeluk alend dengan erat. Alend risih dipeluk seperti itu, terlebih debpi dan disti menatap mereka berdua lucu. #ckckck#
mereka berempat kini sudah berada diparkiran "RSJ cane hill asylum".
"selamat tinggal rumah keduaku, aku pasti kangen" isak alend lebay, debpi sedang menahan tawa melihat tingkah laku kakaknya.
"sama, aku juga pasti kangen" ucap anton copas
"copas aja trus, gak bisa yah nggak copas kata-kata orang..??" alend emosi lagi.
"nggak"jawab anton enteng alend membuang nafas berat.
"ayoo dek pulang, bisa kambuh gila kakak kalau lama-lama disini" ucap alend sambil menarik debpi ke mobil. Debpi berdada ria dengan disti dan Anton, anton..?? Dimana dia."kakkkk antonnn" teriak disti, anton menoleh heran."mobil kita disana kak, kakak kok ngikut kak alend..??" tanya disti heran.
"mau ikuttt merekaaa" rengek anton.
"tapi kak rumah kita beda sama mereka" jelas disti, anton hanya cemberut.
"sukurin loe kena marah adik sendirikan, wekssss" ledek alend hendak masuk mobil, debpi menatap tajam alend.
"kenapa..?? Mau ngamuk lagi..??" debpi semakin menatap tajam alend.
"jangan ngamuk-ngamuk dong, ntar manisnya ilang" goda alend
"masuk mobil atau ditinggal..??" ancam debpi
"iyee iyee mamaku" ucap alend bete dan masuk mobil. Mobil debpi dan alend melaju.
"dulu'an yah" ucap debpi dan berlalu pergi. Disti hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Anton masih cemberut.
"ayoo masuk kak, bibi sudah nyiapin makanan kesukaan kakak loh" ucap disti, anton masih diam.
"kak, please jangan kambuh lagi" batin disti sedih.
"ayo lah kak, ntar gantengnya hilang loh kalau cemberut trus" goda disti.
"udah ganteng mau diapa'in aja tetap ganteng" ucap anton narsis kambuh. Disti terkekeh mendengarnya.
"penyakit narsis tingkat kronisnya gak hilang" batin ditsti.
"ayoo cepet, buru'an mau pulang atau aku tinggal nih kak" ancam disti.
"ikutttttt" teriak anton dan berlari masuk mobil.Didalam mobil keadaan sudah dapat dinetralisir.
***
sudah hampir 6 bulan alend dan anton diperbolehkan pulang oleh pihak RSJ cane hill asylum.Keadaan mereka juga jauh lebih baik, walaupun ada beberapa tetangga yang berbisik-bisik aneh tapi alend dan anton mampu bersosialisasi dengan warga lain.
"kakkkkkk" teriak debpi, alend sedang asik menonton tv sambil menikmati makanan yang ada didepannya.
"kenapa sih dek, kayak ada kebakaran aja" gumel alend.
"sini napa kak, bisanya cuma nonton-nonton trus, kagak tau apa orang lagi repot, bukannya dibantu" debpi ngomel-ngomel sendiri di dapur, alend mengacuhkannya dan kembali fokus ke tv dan cemilan.
"kakkkkk"teriak debpi lagi, alend dengan sempoyongan menghampiri adiknya.
"hmmm" dehem alend bete.
"tolong kakak ke mall trus beli ini" debpi memberikan beberapa catatan ke alend.
"kan ada bibi kenapa nyuruh kakak sih dek" tolak alend.
"punya kaki tangan sehat tuh diguna'in bukan dimanja-manja, orang yang nggak punya kaki aja masih mau usaha"
"stoppp,, iya-iya kakak pergi dulu,, daaaaa" potong alend dan pergi meninggalkan adiknya yang sudah cerewet tingkat kronis.
"huhffk, orang lagi ngomel tuh dengerin bukannya pergi kabur" gumel debpi sendiri.
"ehh kok aku jadi cerewet gini yah" batin debpi bingung.
"gini deh nasib punya kakak mantan pasien RSJ, ckckck"
***
alend sudah berada di mall yang lumayan besar.
"huhffk, mana banyak lagi belanjaannya, dikira aku emak-emak apa" alend menggerutu sendiri.
"yang pertama garam, gula 3kg, mentega, tempoyak, nah loh tempoyak mana ada di mall" ucap alend
Kapan lagi kutulis untukmu
Tulisan-tulisan indahku yang dulu
Pernah warnai dunia
Puisi terindah ku hanya untukmu
Mungkinkah kau kan kembali lagi
Menemaniku menulis lagi
Kita arungi bersama
Puisi terindahku hanya untukmu
"haloo kak, tempoyak beli dipasar tradisional yah, makasih kakakku sayang, muachhh" ucap debpi dari sebrang sana.
"argghh sial, ganteng-ganteng gini disuruh kepasar tradisional, bisa kambuh gila gue" gumel alend.Banyak tatapan aneh melirik alend, alend hanya cuek.
hampir 1jam alend mencari-cari barang pesanan adiknya dan untung ada semua kecuali tempoyak.
"gilaaa kenapa macet gini nih mall" ucap alend, hari ini dia bicara sendiri dan jawab sendiri.Alend menanyakan perihal kemacetan ke salah satu pegawai.
"ada artis indonesia pak mau show disini" jelas pegawai itu.
"oww" alend hanya ber O ria.
"bapak tidak pengen tau siapa..??" tanya pegawai itu.
"jangan panggil bapak deh, abang atau kak, itu aja enak kok" suruh alend
"iya bang, artis sekaligus penyanyi loh bang, agnes monika" bisik pegawai itu, alend seakan nggak ngehh siapa tamu yang datang, alend tetap cuek dan melanjutkan perjalanannya kerumah dan berbaring dikasur yang empuk
***
alend sudah berada dirumah dan merebahkan badannya disofa.
"gimana, enak jalan-jalannya,.??"tanya debpi yang sedang membereskan barang belanjaan. Alend tak menjawab dan ternyata alend sedang tidur.
"tidur yang nyenyak kak, kalau bisa nggak usah bangun, hhehe kidding" ucap debpi pelan dan menyelimuti kakaknya.
Kapan lagi kutulis untukmu
Tulisan-tulisan indahku yang dulu
Pernah warnai dunia
Puisi terindah ku hanya untukmu
Mungkinkah kau kan kembali lagi
Menemaniku menulis lagi
Kita arungi bersama
Puisi terindahku hanya untukmu
"haloo"
"ehhh disti, ada apa..??"
"liburan, ngajak saya dan kak alend..??"
"kemana tuh..??"
"wahhhh air terjun seru kayaknya, ntar aku tanya kak alend dulu yah"
"iyaa nanti aku bujuk kak alend harus mau"
"sama-sama, makasih atas tawarannya"sambungan telepon terputus, debpi baru saja mendapat telepon dari disti. Disti mengajak debpi dan kak alend untuk ikut liburan dengan dia dan kak anton minggu depan.
"gimana dek? Apa katanya?" tanya pemuda itu.
"mau ditanya dulu kakak. Yang sabar.."
"akh lama.. Bener kan tadi tuh mending kakak aja yang ngomong." keluh pemuda itu. Sang adik tersenyum.
"kalo kakak yang ngomong, ntar ujung ujungnya berantem am kak alend." jawabnya.
"akh tapi kan lama jadinya."
"besok juga dikabarin. Udah kakak tidur aja, udah malam juga."
"iya bawel. Nih sebenernya yang kakaknya tuh siapa sih??"
"siapa aja boleh... Hahahaha. Malam kak.." pamit disti. Iapun beranjak pergi dari kamar sang kakak.
***
"kak.."
"hmm, kenapa? Mau nyuruh kakak lagi?"
"ya elah kak, kagak. Negatif mulu bawaannya. Gini kak kemarin aku di ajak disti liburan gitu. Kakak mau?"
"disti? Adiknya sih oncom?"
"hu'um.. Mau?"
"males akh!"
"mau ya? Nggak kangen gitu ama kak anton?"
"kangen sama oncom? Ngapain amat.. Kurang kerjaan."
"hmm pilih mau ikut liburan atau masuk RSJ?"
"itu bukan pilihan, tapi ancaman. Huft, susah punya adik tukang ngancem."
"bodo! Yang penting manis. Jadi?"
"iya iya"
"gitu donk. Itu baru kakak debpi yang ganteng."
"ngerayu."
"hahahaha. Yaudah aku mau kabarin disti dulu. Makasih kakak jelek... Hahaha" ledek debpi lalu iapun segera pergi meninggalkan alend yang sedari tadi sudah memanyunkan bibirnya.
***
Hari yang di tunggu pun tiba, ya hari ini mereka berempat akan berlibur bersama.
"oncom loe aja yang bawa mobil. Malas gw." ujar alend.
"kok gw? Yaudah adek loe aja sana! Gw nggak mau! Capek..." balas anton, iapun langsung masuk kedalam mobil dan duduk dibangku belakang.
"kenapa jadi adek gw? Kenapa kagak suruh adek loe?"
"kagak boleh! Masih kecil...."
"eh oncom umur mereka cuman beda 1tahun. Lagian gw sering lihat dia bawa mobil. Udah dia aja!"
berantem lagi berantem lagi, ya seperti ini lah keadaan alend dan anton jika bertemu, semenit tidak bertengkar rasanya ada yang kurang.
"kak, kapan berangkatnya nih?" tanya debpi jengkel.
"noh tanya sama sih oncom."
"kak, aku ya yang bawa mobilnya?" tanya disti akhirnya. Anton menjawab dengan sebuah gelengan.
"akh ribet loe! Yaudah sini gw yang bawa." ujar alend akhirnya. Iapun mulai menstater mobilnya dan perlahan lahan mobil itu melaju kencang.
Beberapa jam telah berlalu, akhirnya sampailah mereka di tempat tujuan. Disini mereka disuguhkan dengan pemandangan yang indah, dan tentunya udara yang masih bersih.
"kak kita kesana yuk?" ajak debpi bersemangat, sementara alend ia tampak sangat lelah akibat menyetir tadi.
"pegel nh." keluhnya.
"payah payah."
"diem loe com! Entar pulang loe yang bawa!"
"kalo gw yang bawa loe pulang naik angkot. Hahaha" ancam anton.
"kok gitu?"
"ya iya ni mobil gw! Suka suka gw donk."
"udah ya kakak yang ganteng. Ini tempat umum, masa berantem? Mau di katain gila lagi?" akhirnya disti yang sedari tadi diam buka suara. Ia tak tahan melihat dua orang di depannya ribut tiada henti.
"kita foto foto yuk?" ajak debpi bersemangat. Disti mengangguk, sementara alend dan anton masih saja meributkan hal yang tak penting.
"kakak!" panggil debpi dan disti. Kedua pemuda itu menengok, lalu mengeluarkan cengiran khas mereka.
"ayok..." disti dan debpi pun menarik kedua kakaknya..
Mereka berempat sibuk berfoto foto ria.. Memperagakan beberapa mimik muka. Sedih, gembira, marah, dan sebagainya.
"sekarang kak alend sama kak anton foto berdua ya?" pinta disti, ia sudah siap dengan kameranya.
"nggak mau foto sama tempoyak! Nggak mau!" ujar anton.
"dikata gw mau foto sama oncom! Ogah!" sahut alend tak mau kalah.
"eh harusnya loe tuh bersyukur foto sama orang cakep kayak gw!"
"cakep? Ia cakep kalo di lihat dari balik tembok cina!" ledek alend. Sementara disti dan debpi justru sibuk berfoto foto ria.
"adek!" kali ini gantian anton dan alend lah yang meneriakan disti dan debpi.
"kenapa kak?" tanya debpi bingung.
"kok kita nggak di foto?" tanya alend.
"lagi berantem mulu. Mau difoto?" tawar debpi alend dan anton pun mengangguk bersemangat.
"CISS" teriak mereka berdua kompak.
***
Sudah setahun berlalu, ya berlalu dengan indah. Tak ada lagi air mata yang mengiringi perjalanan hidup mereka berdua. Yang ada hanya canda dan tawa.
Hari ini entah ada angin apa alend berkunjung kerumah anton, tentunya bersama sang adik.
Ia dan anton sekarang sedang berada diruangan serba putih. Ya ruangan yang tak lain adalah kamar anton.
Tapi aneh kedua pemuda itu tak mengeluarkan suara. Mereka tampak asik dengan kegiatan mereka. Ya menulis puisi, itulah yang sejak tadi mereka lakukan.
"kita beruntung ya." ujar alend membuka obrolan. Anton melirik sebentar kearah alend.
"beruntung kenapa?" tanyanya bingung.
"ya kita beruntung punya adik kayak mereka. Walaupun galak sama bawelnya nggak nahan." ujar alend, ia terkikik sebentar.
"iya, coba kalau adik kita bukan mereka, udah dibuang kali kita." anton menyetujui perkataan alend.
"kakak..." sapa kedua gadis itu. Anton dan alend pun menengok kearah sumber suara.
"kak lihat disti bawa apa.." ujar disti.
"oncom lagi ya?" tanya alend bersemangat. Disti menggeleng.
"terus apa dek?"
"tara burger ama pisang goreng. Makanan kesukaan kakakkan??" ujar disti riang. Sementara alend nampak cemberut ia sangat berharap bahwa yang disti bawa adalah oncom.
"kakak kenapa?" tanya debpi bingung.
"pingin oncom." jawab alend manja.
"doyan amat loe ama oncom? Ckckck" sahut anton bingung.
"bodo! Dek beliin oncom ya? Baik deh..." rayu alend. Debpi tersenyum lalu mengangguk.
"ye oncom." teriak alend riang. Sementara anton, debpi, dan disti hanya tersenyum dan menggeleng tak percaya.
***
akhir yang bahagia bukan? Akhir yang dari dulu ku harapkan. Aku tak pernah menyesal dengan hidupku yang dulu, aku tak pernah menyesal telah dilahirkan didunia ini. Karena aku mempunyai adik seperti mu..
Aku yang pernah engkau kuatkan
Aku yang pernah kau bangkitkan
Aku yang pernah kau beri rasa
Saat ku terjaga
Hingga ku terlelap nanti
Selama itu aku akan selalu mengingatmu
Reff:
Kapan lagi kutulis untukmu
Tulisan-tulisan indahku yang dulu
Pernah warnai dunia
Puisi terindah ku hanya untukmu
Mungkinkah kau kan kembali lagi
Menemaniku menulis lagi
Kita arungi bersama
Puisi terindahku hanya untukmu
(Jikustik_Puisi)
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar