Photobucket
PhotobucketPhotobucket

Selasa, 04 Oktober 2011

Puisi ---> Capitulo 1





>>>>>>>


Rinai hujan kian lama kian menukik tajam, suara gemuruh pun menambah suasana kelam pada malam ini.

Seorang gadis berlari kecil menghindari hujan, ia menaikan tangan hingga diatas kepalanya, merapatkan kedua tangan untuk melindungi kepalanya agar tidak terkena air hujan.

Berbeda dengan gadis itu, pemuda yang satu ini sedang menikmati jalanan ibu kota yang padat. Ia terus menggerutu tak karuan, sesekali mengumpat kecil, ketika mobilnya lagi lagi berhenti karena harus mengantri dengan mobil lain. Namun tiba tiba pandangannya tertuju pada gadis yang sedang berlari menghindari hujan.


"alexa.." ucapnya pelan, ia kembali menajamkan pengelihatannya. Ya tak salah lagi gadis itu alexa.

"alexa!" panggil pemuda itu cukup keras, pemuda itu membuka jendela mobilnya, gadis itu berhenti berlari lalu menengok ke arah pemuda itu. Bibirnya yang pucat itu bergerak membentuk suatu nama

"anton" dan bukk gadis itu jatuh tepat di samping pemuda bernama anton. Anton segera membuka pintu mobil itu dan menggendong gadis itu, lalu merebahkannya di bangku belakang mobilnya.



***


Dengan terburu buru pemuda itu memasukkan sang gadis kedalam rumahnya, ia terus menggendong gadis itu.


"loh, kak itu siapa?" tanya gadis kecil yang tak sengaja melihat kakaknya itu.

"teman kakak. Hmm kamar tamu nggak ada orang kan dek?"

"ada kak, tante yang dari surabayakan baru datang."

"oh.. Yaudah kalo gitu." ujar pemuda itu ia mulai menaiki tangga, namun baru beberapa langkah ia menaiki tangga lagi lagi gadis kecil itu memanggil kakaknya.

"kak, mau dibawa kemana?" tanyanya heran.

"ke kamar kakak lah. Masa ke kamar mama?"

"ye, ngaco dasar! Masa ke kamar kakak? Ketauan mama bisa gawat!"

"terus?"

"hmm taruh aja di sofa kak. Hehe" ujar gadis kecil.

"sofa? Enak aja, kamu aja yang tidur di sofa." ucap pemuda itu cepat lalu segera menaiki tangga demi tangga. Sampailah ia di depan sebuah kamar ia membuka kamar itu perlahan. Menaruh gadis itu di sebuah kasur berwarna pink..


Pink?? Apa benar ini kamar pemuda itu?


"kakak, kenapa ditaruh dikamar aku? Heu.." protes gadis kecil itu.

"mau taruh dimana lagi? Udah dh akh, cuman semalam aja."

"terus aku?"

"tidur di sofa. Hahaha...


Udah akh kakak mau ngambil air es buat ngompres." ledek pemuda itu, lalu segera meninggalkan kamar yang di dominasi oleh warna pink itu.


***


"udah sadar?" tanya anton, ia tersenyum melihat gadis yang ia tolong sudah terbangun dari tidurnya.

"aku dimana?" tanyanya bingung matanya terus mengamati kamar itu.

"dirumah aku, tepatnya dikamar adek aku." jelas anton singkat. Tapi gadis itu mengerutkan kening, ia terlihat bingung.

"kemarin kamu pingsan, karena aku nggak tau rumah kamu aku bawa kesini." jelas anton, gadis itu tersenyum.

"makasih."


***


Hari demi hari telah berganti, kini anton dan alexa bertambah dekat bahkan mereka sudah menjalin hubungan selama kurang lebih 6 bulan. Entah apa yang membuat mereka menjalin suatu hubungan, semua itu berjalan begitu cepat.


"ayo tebak siapa?"

"hmm.. Orang yang paling narsis sedunia. Hehehe."

"jiah sembarangan." ujar pemuda itu.

"jangan cemberut ntar nggak cakep lagi. Hehe"

"hahaha, mau gimanapun tetep cakep kok." canda anton..


Ya begitulah anton, cwo yang paling narsis sedunia. Yang hobynya membanggakan dirinya sendiri. Beruntung dia mempunyai alexa gadis manis dan penyabar ini selalu dapat menangani sifat anton tersebut.


***


"kakak.." sapa gadis kecil. Anton yang sedang asyik dengan kertas dan penanya pun menoleh.

"kenapa? Kangen sama kakak?" tanyanya pd.

"dih? Ngapain coba kangen ama kakak? Bosen ia ngelihat kakak!"

"terus?"

"hmm, kak kok kak alexa nggak pernah kesini? Aku kan pingin ketemu. Kangen gitu ama kak alexa. Ajak main donk kak."

"mau bayar berapa?" canda anton, gadis kecil itupun menggembungkan pipinya.

"matre dasar! Heran deh kok kak alexa mau sama kakak? Udah ngeselin, narsis, matre lagi. Heu"

"ooh ngajak ribut nih? Awas ya kalo ntar minta dibuatin pr!" ancam sang kakak. Gadis kecil itupun mengerutkan keningnya.

"kapan kakak pernah buatin pr aku?" ujarnya bingung.

" waktu itu kan pernah..." jawab anton sedikit ragu.

"eh eh cuman mimpi ternyata. Hehehe"

"ye OONnya kambuh!" ujar gadis itu, dengan cepat ia keluar dari kamar kakaknya. Bisa darah tinggi lama lama kalau terus berada dikamar ini.

"halo.. Kenapa ton?" ujar suara diseberang sana.

"hmm... Tadi kata adek aku, dia kangen sama kamu. Kapan mau main kerumah?"

"disti maksudnya?"

"ya iya, adek aku cuman satu. Siapa lagi kalau bukan tuh orang?"

"oh ia, besok aku main kerumah kamu deh."

"ok... Ditunggu. Bye.."

"bye.."


***


Matahari perlahan lahan menampakkan dirinya. Cahayanya menembus setiap pelosok kota, burung burung bernyanyi merdu, membuat suasana bertambah indah.


"alexa? Kok pagi pagi udah datang?" ujar pemuda itu kaget, gadis yang bernama alexa itupun tersenyum.

"gini toh keadaan anton kalau pagi." ledeknya, pemuda itu hanya tersenyum lalu segera berlari masuk ke dalam kamar mandi.


Beberapa menit kemudian pemuda itupun keluar.


"seger... Gimana udah ganteng kan?" ujarnya sambil tersenyum. Alexa mengangguk.

"aku bawa sarapan buat kamu ama disti nh. Distinya mana ton?"

"hahaha. Taunya aku lagi laper. Hmm tuh anak lagi kelayapan ama temennya. Tau dah kemana..."

"yaudah yuk, kita makan aja. Kelamaan kalau nunggu tuh bocah..." ujar anton lagi. Dengan lahap ia memakan makanan itu...


***


"anton..." panggil gadis itu keras. Ia melambai lambaikan sebuah kertas, yang entah berisi apa.

"kenapa sa? Senang banget kelihatannya..."

"lihat lihat aku bawa apa..." ujarnya ceria, ia menyerahkan secarik kertas pada pemuda itu.

"lomba puisi?" tanya pemuda itu. Alexa mengangguk bersemangat.

"maksud kamu, aku disuruh ikut nh lomba gitu?"

"iya. Kamu kan suka buat puisi. Jadi nggak ada salahnya kamu coba, ya kan?" jawab alexa. Anton nampak berfikir.

"nggak deh. Aku kan buat puisi cuman iseng iseng aja."

"ya, ikut donk.. Ya ya? Please.."

"hmm tapi sa..."

"please ikut ya? Anggap aja ini permintaan terakhir aku. Ok?" mohon alexa memelas. Anton tampak berfikir, beberapa detik kemudian ia mengangguk.

"yaudah demi kamu deh.." jawabnya kemudian. Senyum di bibir alexa merekah. Reflek ia memeluk anton.

"makasih...." ujarnya tulus.

"tapi sa, kalau aku nggak menang jangan kecewa ya?"

"menang kok aku yakin kamu menang! Optimis ton. Ok?" jawab alexa cepat. Anton hanya mengangguk.


***


"semangat donk! Masa baru mulai udah lemes gitu?" tegur gadis itu, pemuda yang ada didepannya hanya menghela nafas. Sepertinya ia frustasi.

"sa, aku nggak jadi ikut lomba itu ya?" ujarnya lemas. Mata gadis itu membulat.

"kenapa?"

"lagi nggak dapat inspirasi nh..."

"masih seminggu kok, semangat donk!" lagi lagi gadis itu memberi semangat kepada pemuda itu.

"aku buatin teh dulu ya? Biar lebih semangat." ujar gadis itu lagi.


Gadis itu kini sedang sibuk mencari keberadaan benda kecil nan manis, yap ia sedang mencari gula untuk membuat secangkir teh untuk sang kekasih.


"lagi nyari apa kak?" tegur seorang gadis, yang tak lain adalah adik dari kekasihnya itu.

"cari gula dek. Dimana ya?" tanyanya.

"ooh gula. Tuh dilemari itu." ujar gadis kecil itu. Tangannya menunjuk sebuah lemari gantung yang berjajar rapi di dinding rumah itu.

"oh ia dis, waktu itu kakak kesini. Tapi kamunya nggak ada." ujar alexa, disty mengerutkan keningnya.

"kapan kak?"

"waktu itu, yang kamu bilang pingin ketemu kakak. Paginya kakak kerumah kamu, tapi kamunya nggak ada." jelas alexa.

"hari minggu bukan kak?"

"yaps minggu. Kamu kemana dek?"

"aku dikamar kok kak. Kata siapa aku nggak ada?" lagi lagi disti terlihat seperti orang bingung, keningnya mengkerut tak karuan.

"kakak kamu." jawab alexa singkat.

"KAK ANTON!!" teriak disti keras, alexa buru buru meninggalkan disti yang sepertinya ingin melahap kakaknya hidup hidup.


Sementara pemuda yang merasa namanya dipanggilpun hanya tersenyum. Ia senang sekali melihat adik satu satunya itu marah marah tak jelas.


"iseng ya kamu..." ujar alexa yang baru saja datang dan menaruh cangkir teh tepat diatas meja kecil yang berada dipojok ruangan itu.

"hahaha. Lagian tuh anak demen banget teriak teriak." ujarnya sambil tersenyum.

"ck, udah tau adeknya gampang marah, jangan dibuat marah donk. Ntar lama lama dia darah tinggi..." nasehat alexa lembut.

"biarin ajalah. Sepi nh rumah kalau nggak denger dia teriak teriak. Hehehe" jawab anton.

"dasar.."


***


"argghh.." teriak pemuda itu, ia memukul mukul kepalanya pelan.

"susah banget sh buatnya? Biasa juga gampang kok." ujarnya gemas. Berulang kali ia meremas kertas dan membentuk kertas itu menjadi sebuah bola lalu melempar kertas itu ke segala arah. Alhasil ruangan yang didominasi warna putih ini terlihat sangat kotor dan berantakan..

"ayo anton.. Masa daritadi nggak jadi sh?" ujarnya menyemangati diri sendiri. Goresan demi goresan ia buat di atas kertas itu. Dan lagi lagi ia meremasnya dan membuangnya.

"akh mana tinggal 3hari... Huft..." ia menghembuskan nafasnya perlahan..

"semangat! Demi alexa!"


***


Goresan demi goresan telah ia buat. Menciptakan sebuah karya yang indah sangat indah malah.. Beberapa jam telah berlalu, dan selesai sudah semua, anton kini telah tersenyum melihat hasil karyanya.


"spesial untuk alexa..." ujarnya senang...


***


Hari yang ditunggupun tiba, ya hari dimana pengumuman pemenang lomba itu. Seorang pemuda dan seorang gadis pun sedang harap harap cemas, mendengar pengumuman tersebut...

Mc dari acara tersebut menyebutkan beberapa nama, yang masuk final dan akan membacakan puisi di depan orang banyak. Sudah 8 orang yang disebutkan namun nama pemuda itu tak kunjung disebut.


"kayaknya aku nggak masuk deh." ujarnya lemas, gadis itu tersenyum... Tepat disaat itu mc menyebutkan nama terakhir yang masuk kedalam nominasi itu.

"ANTON!" ya nama itu yang ditunggu tunggu sejak tadi. Pemuda yang bernama anton pun reflek memeluk alexa.

"untuk kamu sa..." ujarnya setengah berbisik.


***


"wuah sa, 3 hari lagi aku tampil... Duh harus beli baju baru nh." ujar anton, sedari tadi ia sibuk mondar mandir tak karuan. Alexa lagi lagi hanya tersenyum...

"sa yang mana? Yang ini atau yang ini?"

"yang mana aja boleh." jawab alexa singkat. Sementara anton sibuk memilih baju baju yang ada di mall itu.

"pilihin donk sa. Bagus yang mana? Putih atau biru?" tanyanya lagi. Gadis itu hanya menjawab dengan sebuah senyuman. Entahlah akhir akhir ini sifat alexa sedikit berubah.


***


"wiih rapi amat kak... Mau kemana? Kondangan?"

"ye masuk kamar orang tuh ketuk pintu kenapa?" bukannya menjawab pertanyaan sang adik, anton justru balik bertanya.

"kayak masuk kamar presiden aja." jawab disti cuek, lalu ia berbaring dikasur milik kakaknya. Ya seperti inilah tingkah mereka berdua, sehari tak ribut sepertinya tidak bisa.

"kak mau kemana?" disti kembali menanyakan hal yang sama.

"anak kecil nggak boleh tau." jawab anton singkat lalu iapun pergi dari kamar, meninggalkan sang adik sendirian.


***


"sa, kamu dimana kok belum datang?"

"hmm maaf ton. Aku lagi ada urusan nh, kayaknya aku nggak bisa datang deh. Maaf ya."

"ya sa, nggak bisa diusahain gitu? Please..."

"hmm... Ok aku usahain tunggu ya.."


Tut sambungan telepon pun terputus. Anton menghembuskan nafasnya, membuang segala grogi yang kini telah menyergapnya.


"harusnya tadi gw bawa aja tuh sh disti. Daripada sendirian. Lumayan kan buat nemenin gw..." ujarnya pelan. Ia melangkah gontai menuju sebuah panggung yang cukup besar, ketika namanya dipanggil oleh mc tersebut.


Sebelum naik ke atas panggung pemuda itu sempat melirik bangku penonton berharap sang kekasih berada disana, sedang tersenyum dan melambaikan tangannya. Namun semua itu hanya ke inginan semu karena kenyataan berkata lain.


"sa kamu dimana?" batin pemuda itu.


Ia berdiri kokoh diatas panggung, sejenak ia penjamkan matanya, berharap setelah ia membuka mata ia melihat gadis itu. Tapi lagi lagi itu hanya khayalan belaka...

Pemuda itu menghela nafas dan kemudian mulai membaca sebuah bait demi bait.


---> CINTA

AKU bicara perihal Cinta????…

Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,

Walau jalannya sukar dan curam.

Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.

Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.

Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.

Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.

Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia

kan menyalibmu.

Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu, demikian pula dia ada untuk pemanakasanmu.

Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.

Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.

Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.

Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.

Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.

Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.

Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;

Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.

Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.

Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kaupahami rahasia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.

Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.Maka lebih baiklah bagimu kalau kaututupi ketelanjanganmu dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.

Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa, tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu.


suarah gemuruh tepuk tangan pun menyambutnya, pemuda itu menunduk, lalu menegakkan kepalanya. Matanya beredar kemana mana mencari sang gadis. Tapi yang ia dapat hanya kekecewaan.


***


Angin bertiup sangat kencang, menerbangkan setiap dedaunan kecil yang telah gugur dari dahannya. Suasana disini begitu sunyi, hanya terdengar suara isakkan tangis dari beberapa orang disana.

Pemuda itu kini telah berdiri disamping makam gadis yang ia sangat cintai. Matanya menatap sebuah nisan yang bertuliskan nama ALEXA. Ya gadis itu kini telah pergi meninggalkannya..


#flash back#

Acara itupun terus berjalan, satu persatu perserta maju ke atas panggung. Entah mengapa anton merasa gelisah, berulang kali ia mencoba menghubungin alexa, namun hasilnya nihil. Nomer alexa tak kunjung aktif...

Kapan lagi kutulis untukmu Tulisan-tulisan indahku yang dulu, suara itu ternyata dari handphone anton. dia segera mengangkat telepon itu.


"kak... Hiks.." terdengar suara isakkan di sebrang sana.

"kenapa nangis kangen sama kakak?"

"kak, kak alexa kak. Hiks. Kak alexa udah nggak ada."

"hussh jangan ngomong sembarangan!"

"aku nggak bohong kak. Tadi aku nggak sengaja lihat ada kecelakaan gitu, dan ternyata salah satu korbannya kak alexa kak."


***


seminggu sudah kepergian alexa, namun tetap saja anton tak bisa mempercayai itu semua.


tak bisa ku terima

kau tinggalkanku saat ku butuh kamu

apa tak kau rasakan

betapa hancur hidupku tanpa kamu

aku terlanjur terlalu bergantung padamu

jangan pergi, jangan pergi

jangan kau pergi ku tak ingin sendiri

ku tak sanggup, ku tak sanggup

sungguh tak sanggup hidup tanpa cintamu

kau yang buatku tegar

tuk terus bertahan jalani hidup ini

aku terlanjur terlalu bergantung padamu

aku terlanjur terlalu bergantung padamu (Jangan Pergi_D' Massive)


"kak." sapa disti lembut. Tak ada jawaban yang ia lihat hanya sang kakak yang sedang terduduk disamping ranjang dan memeluk sebuah figura foto.

"kak, kita makan yuk." ujar disti lagi.


Anton menggeleng pelan.


"kak, ntar kakak sakit."

"nggak lapar.." jawab anton singkat dan pelan, nyaris tak terdengar. Setitik air mata keluar diujung mata disti, tapi buru buru ia hapus.

"kak mau disti suapin?" bujuknya lagi.

"AKU NGGAK LAPAR! KELUAR!" bentak anton keras, sontak disti mundur menjauh dari anton. Ia menatap sang kakak dengan mata yang telah berlinang. Ia tak menyangkah kakaknya akan membentak ia seperti itu. Ya walaupun mereka sering terlibat pertengkaran kecil, namun belum pernah kakaknya membentak seperti itu. Cepat cepat disti keluar dari kamar itu. Ia tak kuat melihat kondisi kakaknya yang cukup memprihatinkan itu.


***


Sebulan telah berlalu, namun tetap saja sifat anton tak berubah ia tetap menjadi anton yang murung dan pendiam.


"kak, dengerin ya aku mau baca puisi. Bilang ya kalau ada salah?" ujar disti ia mencoba tersenyum, ya walaupun Ia tahu kakaknya tak akan meresponnya. Malah sudah berulang kali sang kakak membentaknya. Tapi disti tak mau putus asa. Ia mau kakaknya seperti dulu.



Dan jika engkau bertanya bagaimana tentang waktu..??

Kau ingin mengukur waktu

tanpa ukuran dan tak terukur

Namun keabadian didalam dirimu

adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi

Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah

kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan (Waktu_KAHLIL GIBRAN)


baru setengah ia membaca namun tiba tiba anton berdiri, merebut kertas yang berisikan puisi tersebut. Merobeknya secara beringas. Membuat kertas itu menjadi beberapa bagian kecil.


"kak" ujar disti lirih, lagi lagi air matanya keluar. Entah lah sudah berapa kali ia mengeluarkan air mata hanya karena sang kakak.

"kakak jahat!" ujarnya lalu berlari pergi meninggalkan kakaknya. Anton menatap kertas kecil kecil yang ia robek.

"anton benci puisi! Puisi jelek!" ujarnya lirih.


***


"hiks kak anton jahat! Hiks.. Kakak kenapa jadi kayak gini? Aku kangen kakak yang dulu. Kakak yang narsis, bawel. Aku kesepian kak. Hiks" tangis disti malam itu. Ia terus menangis, sembari menatap foto yang berisikan foto dirinya dan sang kakak.


senja kini berganti malam

menutup hari yg lelah

dimanakah engkau berada

aku tak tahu dimana

pernah kita lalui semua

jerit, tangis, canda, tawa

kini hanya untaian kata

hanya itulah yg aku punya

tidurlah selamat malam

lupakan sajalah aku

mimpilah dalam tidurmu

bersama bintang

sesungguhnya aku tak bisa

jalani waktu tanpamu

perpisahan bukanlah duka

meski harus menyisakan luka (Bersama Bintang_Drive)


"aku mau kakak yang dulu."


***


anton termenung menatap langit kelabu siang itu.

Pandanganya kosong menatap langit.


"aku kangen sama kamu sa." ujarnya lirih. Berharap angin menyampaikan pesannya.


Cinta itu pernah ada dan bertahta

Bahkan jiwa ini adalah separuh jiwamu

Kau orang yang pernah membuatku merasa berarti

Dan temani bergolaknya hidupku

Dan kuakui hatiku masih untukmu

Walau kadang tak selalu sempurna

Namun tak seorangpun sanggup menggantikan

Pahit dan manis cerita kita…

Aku masih ingin bersamamu

Kan tetap memanggilmu sayang

Sampai selamanya mengukir namamu

Masih ingin tuk tersenyum memeluk dan rasakan kebahagiaan itu

Tak berujung dan tak pernah berakhir… (Masih Ingin Bersama_Kerispatih)

"kenapa kamu tinggalin aku?"


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar