Photobucket
PhotobucketPhotobucket

Rabu, 05 Oktober 2011

Laskar Pelangi

"kak, adil pingin ikutan acara itu kak." ujar seorang anak laki laki itu kepada sang kakak perempuanya. Kakaknya hanya menanggapi dengan senyuman lalu membelai rambut adiknya lembut.
"kakak usahain ya dek." ujarnya lembut.


Oik cahya ramadlani, seorang gadis berusia 13 tahun. Ia mempunyai adik bernama Fadil muhamad aflah yang baru berusia 7 tahun. Adil mempunyai cita cita ingin mengikuti sebuah ajang pencarian bakat anak anak, yang diadakan oleh salah satu stasiun tv ternama. Sejujurnya oik ingin mendaftarkan adil, karena oik tau bahwa adil mempunyai potensi yang sangat besar. Tapi dengan keterbatasan ekonomi seperti sekarang, mana mungkin oik sanggup mendaftarkan sang adik? Untuk kebutuhan sehari hari saja, orang tua mereka harus pergi ke kota lain. Apa lagi mengikut sertakan adil dalam lomba besar seperti ini?

^.^

" jadi ik, adil tetep pingin ikut acara itu?"
" iya de. Aku bingung harus gimana. Kamu tau sendirikan untuk makan aja susah. Apalagi untuk mengikut serta kan adil. Itu pasti butuh biaya yang banyak."

"hmm... Kamu bisa pakai tabunganku kok. Kalau kamu mau."

"makasih de. Tapi kamu lebih butuh uang itu, kamukan harus beli obat untuk mama kamu yang lagi sakit."

"terus rencana kamu apa?"

"entahlah... Aku bingung."


Ardyos aryanto atau yang sering di panggil debo. Ia adalah sahabat oik dari oik masih kecil. Umur debo setahun lebih tua di banding oik.

^.^


"kakak adil pulang kak.... Kakak...." ujar fadil memanggil kakaknya.

"kakak lagi di dapur dek." sahut oik dari dalam dapur itu.


"kakak kakak... Liat nh adil bawa apa... Tara..." ucap fadil sembari menunjukan sebuah lembaran kepada kakaknya.

"itu apa dek?"

"fomulil kak. Adil dapet dali salsa. Isiin ya kak." kata fadil semangat. Sementara oik hanya diam memandang fomulir itu.

"kak? Kakak? Kok diem?" tanya fadil bingung. Oik tersenyum.
"dek, kakak minta maaf ya. Kakak nggak bisa ngedaftarin kamu." ujar oik sedih. Perlahan lahan senyum dibibir fadil hilang.
"kenapa?" tanyanya bingung.
"nanty adil juga tau kok, sekarang adil belum ngerti." jawab oik, sebisa mungkin ia menyembunyikan rasa sedihnya.

"KAKAK JAAT!" teriak fadil kenjang setelah itu ia berlari meninggalkan kakaknya menuju kamarnya.

"maaf." gumam oik pelan. Setitik air mata turun dari manik beningnya.

^.^

"jadi adil marah ik?" tanya debo. Sekarang oik dan debo sedang mengobrol ditaman dekat rumah oik.

"iya de. Udah beberapa hari adil murung. Nggak biasanya dia kayak gitu." ujar oik sedih.

"nanti juga balik lagi ko ik. Adil itu anak yang pengertian, dia kan sayang banget sama kamu." hibur debo.

"semoga de."


^.^

Kreikk...
Oik membuka pintu kamar adiknya pelan. Disana terlihat adil sudah tidur dengan nyenyak. Oik masuk perlahan. Membelai rambut adil lembut.

"adil masih marah ya sama kak oik? Maaf dek maaf. Kakak emang bukan kakak yg baik untuk kamu. Kakak minta maaf."

Tes satu persatu air mata oik jatuh. Ia benar benar merasa tak enak hati melihat adik ke sayangannya sedih. Kalau boleh oik meminta ia tak mau ini semua terjadi. Yang dia inginkan hanya satu, melihat senyum itu.
Setelah mengatakan itu oik pun keluar dari kamar fadil.


"kak, maapin adil kak." ucap adil pelan.


"adil janji nggak bakal bikin kakak nangis lagi." lanjutnya.

^.^

"kak oik" sapa adil. Oik yang sedang memasak untuk sarapanpun menengok ke arah fadil.

"kenapa dek?" tanyanya lembut.

"maapin adil ya kak." pinta adil tulus.

"maaf? Untuk apa?"

"maapin adil, yang udah buat kakak sedih. Adil janji nggak akan gitu lagi." ujar adil yakin. Oik yang mendengar itupun langsung memeluk adiknya erat.

"kakak yang minta maaf. Maafin kakak ya dek. Kakak janji kakak bakal cari uang. Biar adil bisa ikut acara itu." jawab oik lalu melepas pelukannya.

"nggak usah kak. Adil nggak pa pa kok."

"bener?"

"benelan deh kak!"


^.^

"ik, kok murung?" sapa debo pelan.
"nggak kok de."
"adil masih marah?"
"nggak."
"terus?"
"tadi pagi adil bilang kalau dia udah nggak kepingin ikut acara itu." cerita oik.
"lah? Bukannya bagus ik?" tanya debo lagi.
"bagus sh de... Tapi aku tau de kalau sebenernya adil masih mau ikut acara itu. Mata anak kecil nggak bisa bohong." jawab oik lemas.
"jadi keputusan kamu apa?"
"aku pingin daftarin adil keacara itu. Tapi gimana caranya aku bisa dapat duit untuk ongkos ke kota de?" tanya oik balik. Kening debo mengkerut, itu tandanya debo sedang berfikir.

"aha ik aku tau..." ujarnya tiba tiba.

"gimana caranya?"

"kita....








"kita ngamen aja ik. Gimana gimana?" usul debo.
"ngamen de? Yang bener aja?" ujar oik bingung.
"ya ik, ini cuman salah satu jalan. Gimana ik mau nggak?"
"aku nggak yakin de. Emang dengan ngamen kita bisa dapet uang yang banyak?" tanya oik bingung.
"asal ada niat dan kerja keras pasti bisa kok." jawab debo mantap.

Oik terlihat sedang berfikir. Beberapa detik kemudian diapun menganguk.

"gitu donk. Kan sekalian bisa promosi adil. Ntar pas ngamen kita bawa foto adil aja ik. Gimana?" usul debo lagi.
"terserah kamu de. Aku ikut aja." "siip" "makasih de." kata oik tulus perlahan senyum oik pun mengembang.


^.^

"jadi adil nggak bisa ikut?" tanya aura teman adil di tempat les tari.

Les tari ini gratis loh. Jadi siapa aja bisa ikut.

Guru gurunya pun lumayan banyak. Ada kak anton, kak dephi, dan kak disty..

"iya, adil nggak bisa ikut." jawab adil lesu.

"ya nggak selu deh. Kalau nggak ada adil." ujar salsa.

"iya pasti ada yang kurang. Adil ikut aja.. Minta sama kakak adil. Pasti boleh kok." najla ikut memberi saran.

"nggak adil nggak mau buat kak oik sedih. Adil sayang sama kak oik. Adil nggak suka liat kak oik nangis, jadi menurut adil mending aku nggak usah ikut lomba itu. Kalau kalian mau, kalian aja adil nggak." jawab adil panjang.

"ya..." teriak mereka kompak.


^.^

"siap ik?" tanya debo. "selalu siapa donk! Demi adik tersayang!" jawab oik riang. Senyumnya yang manis terus menghiasi wajahnya.


Yups seperti yang kemarin oik dan debo bicarakan. Hari ini mereka mulai mengamen. Jadwal mereka mengamen setiap hari sesudah pulang sekolah.

"jadi gini oik yang nyanyi debo yang ngiringin pake ini!" aba aba debo sambil mengangkat gitar kesayangannya.

"oce bos. Kita mau ngamen dimana nh?"

"disana aja ik." jawab debo cepat. Lalu segera menarik tangan oik.


"permisi pak... Permisi bu. Maaf menganggu. Kami cuman ingin menghibur bapak dan ibu. Mohon maaf bila bapak dan ibu tidak suka." ijin debo sopan. Lalu debo segera memetik senar senar gitarnya.


Mimpi adalah kunci untuk kita menahlukan dunia berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya.

Nyanyi oik merdu dengan tak lupa oik mengeluarkan falset falsetnya yang indah.

Tampak semua penonton bertepuk tangan. Debo mulai mengeluarkan sebuah plastik dan ia mulai berkeliling.

"terima kasih atas perhatiannya. Sebelum kami pergi kami ingin memberi tahu dan meminta dukungan dari bapak atau ibu sekalian. Adik kami fadil akan mengikuti sebuah acara. Jika ia bisa lolos dan masuk ke babak selanjutnya kami minta agar bapak atau ibu memberi dukungan berupa sms. Terima kasih" kata debo panjang lebar.


Hari makin larut. Matahari yang awalnya bersinar terang kini tampak bersembunyi di gantikan oleh bulan yang indah.

Namun itu tak menyurutkan semangat debo dan oik untuk terus mencari uang demi sang adik tercinta.

"udah dapat berapa ik?" tanya debo. Terlihat oik sedang sibuk menghitung uang receh itu.

"100rb de. Hua lumayan de. Bisa buat beli kostum adil." ujar oik senang.

"yaudah untuk hari ini sampai sini aja ik. Di terusin besok aja."

Berminggu minggu telah berlalu. Kini oik dan debo telah mengumpulkan uang sekitar 2juta lebih. Jumlah yang fantatis memang.

"de, temenin oik ke tempat les nya adil yuk." ajak oik, debo hanya menganguk.


"kak anto..." panggil oik. Orang yang di panggil pun menoleh.

"eh? Kamu?" ujarnya bingung.

"oik kak. Ini debo, kita kakaknya adil." jawab oik cepat.

"ada perlu apa? Bukannya hari ini nggak ada jadwal latihan ya?"

"iya kak, kita kesini cuman mau ngasih ini kak." jawab oik seraya memberi selembar fomulir ke pada kak anto.

"loh bukannya adil nggak ikut ya?"

"iya kak, awalnya aku nggak ngijinin, tapi aku nggak tega liat adil murung." jawab oik.

"oik debo.." panggil 2 orang perempuan. Oik dan debo pun menoleh.

"kak dede, kak disty"


"lagi ngapain kesini?" tanya kak dede.

"cuman ngasihin fomulir kak." jawab debo.

"loh? Bukannya adil nggak ikut?" tanya kak disty bingung.

"ia kak, awalnya adil nggak ikut. Tapi kita nggak tega liat adil murung kak."

"oh.. Bagus deh kalo adil ikut. Dlk tanpa adil mah nggak seru. Ya nggak dis?" ujar kak dede. Kak disty hanya menganguk.

^.^

Berbulan bulan berlalu.. Kini adil berserta grup dancenya sudah memasuki tahap akhir yaitu babak final. Terlihat oik dan debo yang duduk di bangku penonton tampak tersenyum bangga melihat adik mereka tampil dengan sangat bagus.

Kini tiba saatnya penentuan.. Siapa yang berhasil menjadi sang juara..

" JUARA 1 ADALAH..... DELITTLE KREENS...." teriak juri itu.

Para anggota dlk pun meloncat loncat senang merekapun saling berpelukan.

"de, adil menang de.." ujar oik, air matanya jatuh. Ya air mata terharu sekaligus bangga karena sang adik berhasil memenangkan lomba itu.

"KAK OIK." panggil adil keras.

Adil berlari dan langsung memeluk kakak kesayangannya itu.

"makasih kak. Adil sayang kakak." katanya tulus.

"kakak juga sayang adil."

>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Created by :  Adisti Natalia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar